Rabu, 06 Mei 2009

Kisah Sebuah Tempayan

Seorang ibu yang sudah tua memiliki dua buah tempayan, yang dipikul di pundaknya dengan menggunakan sebatang bambu.
Salah satu dari tempayan itu retak, sedangkan yang satunya lagi tidak bercela dan selalu memuat air hingga penuh.
Setibanya di rumah setelah menempuh perjalanan panjang dari sungai, air di tempayan yang retak tinggal separuh.



Selama dua tahun hal ini berlangsung setiap hari, dimana ibu itu membawa pulang air hanya satu setengah tempayan.
Tentunya si tempayan yang utuh sangat bangga akan pencapaiannya.
Namun tempayan yang retak merasa malu akan kekurangannya dan sedih sebab hanya bisa memenuhi setengah dari kewajibannya.

Setelah dua tahun yang dianggapnya sebagai kegagalan, akhirnya si tempayan yang retak berbicara kepada si ibu tua di dekat sebuah sungai.

"Aku malu, sebab air bocor melalui bagian tubuhku yang retak di sepanjang jalan menuju ke rumahmu."

Ibu itu tersenyum, lalu berkata:
"Tidakkah kau lihat bunga beraneka warna di jalur yang kau lalui, namun tidak ada di jalur yang satunya? Aku sudah tahu kekuranganmu, jadi aku menabur benih bunga di jalurmu dan setiap hari dalam perjalanan pulang kau menyirami benih-benih itu."

Kemudian di ibu tua berkata lagi:
"Selama dua tahun aku bisa memetik bunga-bvunga cantik untuk menghias seisi rumah. Kalau kau tidak seperti itu, maka rumah ini tidak seasri seperti ini, sebab tidak ada bunga."

____

Kita semuanya mempunyai kekurangan masing-masing...
Namun, keretakan dan kekurangan itulah yang menjadikan hidup ini lebih berwarna, berirama, menyenangkan, memuaskan, tampak indah dan bermakna.
Kita harus mau menerima setiap orang apa adanya dan mencari sisi terbaik dalam diri mereka...
Tidak selamanya kekurangan itu tidak berarti apa-apa..KArena dari kekurangan yang ada kita akan mencoba belajar dalam memaknai setiap pengalaman dalam hidup ini...

- Mic -

Tidak ada komentar: